MENELANJANGI SENI TARI
Dilemma atau krisisnya pemahanan seni yang sudah ada sejak
zaman nenek moyang bangsa Indonesia? Sejak zaman Hindu di wilayah
Indonesia-Jawa. Lalu masuknya agama Islam di tanah Jawa. Saya tidak akan
berdalil kapan datangnya agama Islam di Indonesia karena ilmu sejarah saya di
bawah garis rata-rata.
Namun di sini saya akan menyampaikan sebuah pemahaman yang
selama ini banyak orang nilai ‘miris’ melihat kaum hawa berjilbab. Setelah
keluar banyak istilah seperti ‘jilboobs’ dan sebagainya. Lalu hubungannya
dengan seni pentas, misalnya tari dan drama? Dan bagaimana juga anak yang lahir
dari orangtuanya dahulu juga seorang seniman wayang orang. Sedikit pasti
mengalir darah seni secara langsung dalam jiwa anaknya.
Muncul pertanyaan-pertanyaan miring tentang kaum hawa yang
sebenarnya memiliki bakat tersebut. Bahkan di sekolah-sekolah Indonesia masih
tercantum kurikulum kesenian dan kebudayaan. Kerap dan bahkan muncul kata ‘diskriminasi’
bila terjadi larangan bagi wanita berjilbab untuk aktif berseni.
Hubungan Jilbab dan Seni:
Menurut pandangan saya selaku aktifis TKW-Singapura berseni
dan berkreasi tidak perlu ada unsur pembeda dalam berkarya baik wanita
berjilbab maupun yang tidak. Sebagai keturunan adat Jawa yang banyak sekali
khasanan kesenian tari dan masuknya agama Islam di wilayah Jawa-Indonesia ini
bukan untuk melunturkan jiwa seni anak-anak Indonesia. Memang agama adalah
tonggak keyakinan manusia sejak zaman Nabi Adam AS diciptakan lalu diciptakan
oleh Allah SWT Siti Hawa untuk menemani Nabi Adam AS. Lalu apa yang terjadi
pada Nabi Adam dan Siti Hawa akhirnya diusir dari Surga oleh Allah SWT? Tentu
bagi umat Islam sudah mengetahuinya.
Lalu pantaskah kaum wanita sebagai pembujuk dan perayu
lelaki sehingga sangat fragile dan
harus dijaga dari pandangan dunia. Hingga memakailah burka sebagai penutup
wajah. Lantas ini sunnah atau wajib hukumnya? Dalam Al-Quran ada ayatnya yang
bisa menjadi panduan umat muslimah semuanya.
Kembali lagi ke seni.
Apakah sekarang ini seni sudah ditelanjangi oleh kaum
berjilbab? Pewayangan orang pemain perempuan memakai jilbab/penari yang memakai
jilbab atau tidak berjilbab pun namun memakai dalaman baju lengan panjang?
Opini-opini sangat banyak di otak saya ini. Namun tidak perlu saya berbicara
panjang lebar.
“Kaum berjilbab tidak usah ikut-ikutan menarilah? Kalau mau
menari lepas jilbabnya. Mana ada tarian Jawa memakai jilbab harusnya kan pakai
sanggul dan kebaya?”
“Kenapa merusak jilbab dengan melenggok-lenggokkan tubuhnya
di depan orang? Baiknya tata dahulu hatinya untuk berjilbab?”
Kalau muncul pertanyaan-pertanyaan seperti di atas apa yang
ada di benak pikiran Anda? Miris bukan? Masuknya agama Islam ke Indonesia
bukanlah semata-mata untuk menghapus budaya-budaya kesenian Indonesia. Bukannya
menggurui dalam soal jilbab dan berseni; selagi masih ada batas kewajaran bagi
saya tidak masalah.
Sedih dan pastinya asing bila terjadi diskriminasi sebagai
individu. Namun hakikatnya kita ucapkan banyak terimakasih kepada orang-orang
yang menilai orang berjilbab ‘miris’ dalam berseni kreasi seni. Semoga suatu
saat kita manusia terlepas dari su’udzon dunia.
BERJILBAB BUKAN UNTUK MENELANJANGI SENI DAN SENI TIDAK
MELARANG UNTUK BERJILBAB! Sesuai pada batas kewajarannya.
[]
Singapura, 13/10/2014
Foto: Chichie Arra |
Foto: FAST |
Foto: FAST |
Foto: Anung |
Foto: Anung |
1 comment:
keren
Post a Comment